RATIH SI KEMBANG NEGERI


Namanya Ratih, wanita cantik berwajah peranakan Eropa-Asia. Kulitnya mulus, putih bersih yang akan merona bila tertimpa cahaya surya. Orang-orang menyebutnya sebagai kembang negeri, impian setiap lelaki.

Kemarin Ratih berkunjung ke Padepokan Progresif. Gurat wajahnya lesu tertekuk, menggambarkan kesan sedih yang mendalam. Sambil menundukkan kepala ia memasuki padepokan. Kemudian, ia meminta segelas air minum, langsung di teguknya habis.

Perlahan, Ratih duduk dikursi padepokan, ia tersedu-sedan menangis dalam diam. Ia semakin tenggelam dalam kesedihan, dengan kedua tangan menutupi wajah. Rambut lurusnya terurai menjuntai kebawah menutupi kedua belah pipinya.Sambil tergugu pelan, Ratih menuturkan kisahnya.

Ratih mengelola warung yang setiap hari sepi pengunjung, penghasilannya hanya cukup untuk makan sehari saja. Dirumah yang tengah dilebur zaman, hanya tinggal ia bersama anaknya yang masih balita.

Ratih merupakan seorang istri dalam keluarga kecilnya. Namun, Suaminya tak jelas berada dimana, tidak pernah pulang atau mengirim uang, walau sekedar hanya untuk membeli susu buat anak balita mereka. Bertahun-tahun Ratih dan anaknya ditelantarakan sang suami. Ia berjuang bertahan hidup sendirian demi kelangsungan hidup anaknya di tengah kondisi pelik zaman.

Ratih si gadis molek remaja berusia tujuh belas tahun, kini tengah menangis tertahan meratapi nasib yang menimpanya. Ia semakin tak kuasa membendung air mata. Terkadang, giginya bergemeletukan seperti ada kebencian besar yang ia pendam.

Beberapa minggu yang lalu, Sang suami menghubungi Ratih. Suaminya meminta agar ia bersedia mengirim konten telanjang tubuhnya tanpa busana. Jika Ratih berani menolak, suaminya mengancam akan menelantarkan serta tidak mengakui anak mereka. Sehingga, anak mereka akan tumbuh tanpa mengenal kata ayah.

Dengan berat hati, Ratih memberikan apa yang dipinta suaminya. Ia berharap suaminya sadar akan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah. Walau ia harus mengorbankan tubuhnya, walau ia tahu resiko terbesarnya, akibat dari tindakannya. Ratih tetap berharap, ia meneguhkan hati, demi balitanya yang akan tumbuh menjadi seorang gadis.

Hatinya hancur lebur mengingat dirinya kini merupakan seorang ibu. Ratih menghentikan ceritanya, kembang negeri itu kembali tersedu, ia sadar anaknyalah sebenarnya yang menjadi korban dari setiap pilihannya. Seperti memilih menikah dengan suami yang tidak bertanggung jawab ini.

Kemarin, sang suami kembali menghubungi Ratih serta meminta hal serupa minggu kemarin, konten tubuh Ratih tanpa busana. Sang suami mengancam Ratih. Apabila Ratih menolak permintaan suaminya, maka suaminya tidak akan segan mewujudkan ancaman penelantaran anak mereka.

Ditambah lagi, suaminya juga mengancam menyebarkan ke media sosial konten tubuh telanjang Ratih yang pertama kali ia berikan pada suaminya. Dimana saat itu tubuh Ratih terbuka tanpa sehelai benang pun menutupi.

Giginya yang putih bersih itu, semakin bertabrakan, bergemeletukan. Nafasnya mulai tak beraturan. Kebencian yang terpendam mendiami tubuh Ratih begitu besar, tinggal menunggu waktu saja untuk meledak.

Ia merasa suaminya kini telah menjelma menjadi makhluk bobrok serupa binatang yang hanya menjadikan wanita sebagai pemuas birahi dan tempat melampiaskan hasrat seksual lelaki, tak lebih. Kehormatan dan martabatnya sebagai wanita telah diinjak-injak, dan parahnya itu dilakukan oleh suaminya sendiri.

Akhirnya, Ratih membuat pilihan. Ia menolak permintaan suaminya dan memberontak, di kepalanya hanya ada kebencian. Toh nyatanya, selama beberapa tahun terakhir suaminya telah menelantarkan mereka, namun ia dan balitanya masih sanggup bertahan hidup. Berarti benar sudah dugaanya, ia diperalat menjadi budak selama ini atas dasar cinta.

Ratih melawan kehendak suaminya, ia menolak, ia benar-benar muak. Ratih melepaskan diri dari kodratnya sebagai istri, dari nasibnya serupa budak yang tidak berharga. Ia memerdekakan dirinya dari belenggu ikatan pernikahan atas kehendaknya sendiri.

Keputusannya telah bulat, Ratih memilih untuk membesarkan anaknya sendiri. Ia akan mendidik anaknya dengan jiwa yang merdeka, tanpa ada belenggu atas dasar apapun, dan tanpa ada ikatan pernikahan atas nama apapun. Jika tujuan pernikahan yang dibungkus mewah atas dasar cinta hanya untuk memperbudak wanita, membuat wanita menjadi pemuas birahi lelaki semata. Lebih baik ia memilih untuk tidak menikah. Ia yakin, anaknya akan tumbuh menjadi wanita yang cantik dan merdeka.

Dalam emosi yang berbaur menjadi satu, Ratih menutup kisahnya.Hatinya telah teguh bagai cadas tebing yang tak tergoyah walau dihempas angin utara sekalipun.

Waktu yang pongah telah berlalu, di beberapa Medsos (Media Sosial) tubuh telanjang Ratih si kembang negeri telah tersebar, menghiasi seluruh seantero negerinya. Konten telanjang Ratih menghebohkan dunia maya, media-media pemberitaan tak ketinggalan berlomba memberitakan hal-hal terkait dirinya. Semua kalangan pengguna medsos banyak yang memperdebatkan maupun mengaguminya. Tubuh Ratih dijajakan suaminya dijalanan kumuh negerinya, setiap orang lewat ditawarkan untuk mencicipi tubuh Ratih baik borjuasi hingga pengemis, baik anak-anak maupun lansia.

Akhirnya kesiur angin membawa kasus penyebaran konten asusila Ratih sampai ke telinga hukum. Ratih kini berurusan dengan regulasi yang berisi seperangkat aturan. Masalah Ratih tak sampai disitu, aturan tersebut dibuat sedemikian rupa hingga menjadi alat produksi pundi-pundi uang. Hukum di negeri Ratih bagai jaring laba-laba lengket, yang punya uang akan lolos apapun pelanggarannya, namun bagi orang miskin yang tak punya uang hal itu malah sebaliknya mengikat kuat.

Ratih si kembang negeri, tertimpa nasib malang tiada henti. Lawan terberat Ratih ialah regulasi yang abstrak, aturan yang memperbudak, Hukum yang dibuat untuk menghukum orang miskin.

Suami Ratih tengah asyik berleha-leha, karena tak pusing masalah dana. Sang suami juga telah menyiapkan sejumlah uang untuk dipakai buat ritual ilmu kebal hukumnya.

Namun, Ratih telah datang kesini, ke padepokan progresif. Dia tidak lagi sendirian. Untuk menegakkan keadilan, santri padepokan pasti membantunya sampai titik penghabisan. Yang perlu di ingat penguasa, bantuan hukum untuk rakyat miskin merupakan bagian dari kesejahteraan rakyat.

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama

Post Ads 1

Post Ads 2

Advertising Space