Cerita: Hanya Segelintir


Baiklah, jika kau memaksaku untuk kesekian kalinya terus bercerita.


Tetapi, besok-besok kau lagi yang harus bercerita. Ceritaku sedang menuju masa krisis atau sebut saja hampir habis.


Aku punya beberapa pertanyaan untukmu sebelum ku mulai ceritaku.


*******


"Mengapa kamu miskin...???" "Mengapa masih ada orang yang mengemis untuk makan demi mempertahankan diri agar tetap bernafas...???" "Apakah mereka malas...???" Apakah mereka kurang kreatif dan inovatif...???


"Benarkah semua orang manusia berhak hidup dan bernafas...???" "Ataukah hanya sebagian...???"


"Mengapa mereka kaya...???" "Mengapa masih ada orang membuang-buang uangnya untuk memuaskan dahaga hasratnya semata...???" "Apakah mereka bekerja keras...???" "Apakah mereka sangat kreatif dan inovatif...???"


Jika kau tahu sesuatu, coba beritahu aku kawan...!!! Pernahkah kau terganggu dengan itu...!!! Seakan itu adalah takdir tuhan atau mungkin ulah segelintir manusia.


Untuk itulah, ku ceritakan satu kisah ini padamu kawan, kisah yang pernah terjadi di sini, ditempat kita memulai cerita ini.


*******


Dialah Lando, seorang anak yang terlahir dari keluarga yang taraf hidupnya tak mencapai garis sejatera. Ayahnya tewas menegak sebotol racun, ia dan adiknya juga menegak setengah botol sisa racun dari ayahnya. Beruntung ia dan adiknya selamat setelah meminum dua botol minyak kelapa, namun adiknya cacat hingga saat ini.


Suatu hari, Lando, ayah, dan adiknya pergi mencari penyambung nafas, memetik buah cengkeh orang lain tanpa izin si empunya. Saat tengah menjalankan aksinya, tanpa mereka sadari si pemilik cengkeh telah melihat gelagat mereka. Tak pelak lagi, si pemilik langsung mengamuk saat melihat hasil jerih payahnya dituai orang lain.


Mengetahui aksi mereka ketahuan, Ayah Lando spontan berlari kencang bersama anak-anaknya demi menyelamatkan diri dari rasa takut bercampur malu. Mereka terus berlari menorobos segala yang dilalui. Semak berduri maupun belukar liar tak mampu menahan laju kaki-kaki kokoh mereka.


Setelah menempuh jarak yang cukup jauh, sampailah mereka di sebuah lahan perkebunan, disana mereka bersembunyi dan beristirahat.


Namun saat itu, alam berencana lain, kebetulan di tempat mereka bersembunyi tergeletak sebotol racun pembasmi gulma.


Sang ayah panik tak karuan, rasa malu bercampur takut menggerogoti fikirannya.. Terbayang penghakiman manusia, terbesit bayang bayang penjara serta ucapan lirih para tetangga, telah menguasai kepala lalu menyusup hingga kedalaman dasar kalbunya.


Saat itulah, Ayah Lando gelap mata, tanpa menimbang baik buruknya, langsung menegak racun tersebut. Ia juga mewariskan sisa minuman pembunuh itu pada kedua anaknya, seolah itu hanyalah air mineral yang dikemas dalam botol dengan merek gramasone.


Setelah cukup lama bersembunyi dan dirasa aman dari tanda-tanda pengejaran, ayah Lando menyuruh anak-anaknya pulang ke rumah lebih dulu.


Sesampainya dirumah, Lando kemudian menceritakan kejadian yang mereka alami kepada ibunya. Ibunya panik, tak kuasa menahan tangis, segala rasa saat itu tengah mengaduk aduk-aduk jiwanya.


Dengan lunglai, ibu Lando kemudian memberikan penawar racun berupa dua botol minyak kelapa kepada Lando dan adiknya.


Sang ibu merasa benar-kosong iya tak berdaya melihat wajah-wajah polos anaknya. ia merasa telah gagal menjadi manusia utuh di bumi manusia ini.


Lando memeluk ibunya, entah apa yang ia pikirkan tentang dunia, tentang nasib, dan jutaan manusia lainnya. Ia merenung lalu termenung hingga perasaannya kosong dan terlelap bersama sang adik di pangkuan ibundanya.


Kembali kepada Sang Ayah, semua orang khawatir padanya yang tak pulang hingga petang. Penduduk mulai menyisir lembah dan sungai-sungai, mereka meneriakkan nama sang ayah, memanggil-manggil sekeras mungkin. 


Malam mulai merambat jangkrik dan burung hantu sahut-sahutan memberitahu kepada alam bahwa waktu perburuan mereka akan dimulai. Seluruh penduduk semakin gelisah, mereka terus memburu segala kemungkinan tempat ayah Lando menyembunyikan diri.


Namun siapa sangka zenith telah bertemu nadir, beberapa saat kemudian Ayah Lando ditemukan tergeletak tak bernyawa di sekitar tempat ia meminum racun. Lelaki itu membujur kaku disana dengan mulut berbusa.


Ayah Lando telah pergi, orang itu menutup mata tanpa apa-apa dan tanpa siapa siapa. Dia telah menitipkan Istri dan anak-anaknya pada semesta, pada ayah seluruh mahluk. 


Lando pun juga suatu saat nanti akan dibesarkan semesta, hingga ia tumbuh dewasa dan memilih jadi golongan penindas atau golongan tertindas. 


*******


Hari ini, masih banyak di luar sana yang bernasib sama dengan mereka kawan. Jangankan bermimpi, bahkan mempertahan diri untuk terus bernafas saja mereka tidak sanggup. 


Nah, terima kasih kau telah mendengarkan ceritaku. Minumlah kopimu lalu utarakan padaku pendapatmu terkait ceritaku...!!!

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama

Post Ads 1

Post Ads 2

Advertising Space